Salah satu hasil budaya yang dimiliki masyarakat adalah permainan tradisional. Setiap daerah di Indonesia hampir memiliki permainan tradisional yang bisa kita jumpai dari Sabang sampai dengan Merauke. Dalam hal ini tradisional memiliki pengertian bahwa permainan ini diwariskan secara turun temurun. Ada jenis permainan tradisional yang memang asli dari daerah di Indonesia misalnya benthik yang merupakan permainan tradisional dari Jawa Tengah. Adapula permainan tradisional yang merupakan warisan budaya luar seperti permainan sunda manda atau kita lebih mengenalnya sebagai permainan 'engklek' yang merupakan permainan yang dibawa oleh penjajah Belanda pada jaman kolonialisme.
Memang saat ini cukup sulit bagi kita untuk bisa menemukan anak-anak yang melakukan permainan tradisional terutama di wilayah perkotaan. Pengaruh teknologi membuat permainan seperti gobak sodor, permainan lompat tali , dan dakon harus rela tersingkir digantikan oleh permainan-permainan yang lebih modern. Namun perlu kita sadari bersama bahwa permainan tradisional memiliki kelebihan yang tidak bisa kita jumpai pada permainan modern, dimana permainan tradisional tidak hanya memiliki nilai rekreasi saja melainkan memiliki nilai pendidikan bahkan nilai moral dan sosial.
Sebagai contoh permainan nekeran. Selain memberikan kesenangan saat pemain berhasil memenangkan permainan, permainan ini juga melatih kecermatan, kejujuran dan sportifitas. Belum lagi permainan gobak sodor yang melatih kita untuk bisa kerjasama dan kelincahan. Mengingat banyaknya manfaat yang bisa kita jumpai di permainan tradisional, alangkah sayang apabila permainan-permainan tersebut tidak dikenal oleh masyarakat. Oleh karena itu, di artikel kali ini kami akan memberikan beberapa contoh permainan tradisional khususnya dari Jawa Tengah. Berikut contohnya :
12 Contoh Permainan Tradisional Dari Jawa Tengah
Benthik
Apakah anda mengetahui apa itu permainan benthik ? Mainan ini pada jaman dahulu cukup populer di Jawa Tengah dan di Yogyakarta. Biasa ditemukan di daerah pedesaan dan biasa dimainkan oleh anak laki-laki. Adapun permainannya seperti ini : Kita menyiapkan dua ranting pohon yang digunakan terbuat dari pohon kemlanding yang panjang dinamakan bentong sedang yang pendek dinamakan janak. Selanjutnya, tahap membuat cekungan [ lowokan ] di tanah dengan kedalaman 8 cm dan lebar 6 cm serta panjang 15 cm.
Cara bermainnya : Pemain dibagi menjadi dua kelompok dengan cara pingsut atau dalam Bahasa Jawa incon. Pihak yang menang akan main terlebih dahulu. Permainan dibagi menjadi 3 tahap yakni mencungkil anakan dari cekungan atau lowokan. Yang kedua meletakkan anakan dari lowokan dengan posisi anakan tegak miring sekitar 50-40 derajat. Kemudian ujung anakan tersebut dipukul menggunakan bentong atau babonan. Saat ujung anakan menyentuh tanah, maka pangkal anakan itu secepatnya harus dipukul.
Jika anakan dapat ditangkap oleh lawan maka berarti kelompok tersebut akan dianggap mati atau gugur dan ganti pemukul oleh tim lawan. Sedangkan apabila lawan tidak bisa menangkap anakan yang telah dipukul, maka lawan mengambil anakan yang telah dicungkil oleh pemain tersebut. Kemudian melemparkannya ke arah babonan yang dipasang melintang di atas lowokan. Jika babonan terkena lemparan anakan oleh lawan berarti terjadi pergantian pemain / kelompok bermain. Akan tetapi apabila anakan tidak mengenai babonan maka pemain yang memukul dapat melanjutkan ke tahap selanjutnya. Pemain akan berganti apabila anakan tertangkap oleh lawan. Untuk pemenangnya jika memiliki jumlah angka paling banyak
Lithungan / Petak Umpet
Permainan lithungan atau petak umpet adalah sejenis permainan mencari teman-teman yang bersembunyi.
Cara bermainnya : Permainan dimulai dengan hom pim pah untuk menentukan siapa yang jaga atau siapa yang menjadi kucing [ penjaga benteng yang bertugas untuk mencari temannya bersembunyi ]. Kemudian satu orang pemain yang kalah [ kucing ] menutup mata dan berbalik menghadap tembok atau pohon sambil berhitung dengan hitungan tertentu. Sementara hitungan berjalan, teman-teman yang lain bergegas untuk mencari tempat persembunyian.
Setelah hitungan selesai sang kucing harus mencari teman-temannya. Apabila menemukan temannya yang bersembunyi, ia harus cepat-cepat berlari ke beteng sambil menyebutkan nama teman yang ketahuan bersembunyi. Begitu juga anak yang ketahuan, ia juga harus segera berlari ke benteng. Apabila dia berhasil berlari terlebih dahulu dan menyentuh benteng, maka pada tahap selanjutnya dia tidak akan jaga.
Setelah semua persembunyian di ketahui maka anak anak akan membentuk barisan di belakang si kucing. Si kucing pun menutup mata dan menyebutkan salah satu nomor atau urutan. Anak yang berada di nomor yang disebutkan akan menjadi pihak yang kalah dan menjadi kucing selanjutnya apabila dia tidak berhasil terlebih dahulu mencapai benteng. Selanjutnya apabila anak pada urutan yang disebutkan tadi berhasil mencapai benteng terlebih dahulu, maka si kucing tetap pada posisi yang kalah dan harus berjaga kembali.
Di dalam permainan ini terdapat istilah kebakaran yang dimaksud dengan kebakaran disini adalah sang apabila si kucing menemukan temannya yang bersembunyi, tetapi salah menyebutkan nama, temannya tadi boleh bersembunyi lagi di tempat lain.
Dampu
Permainan tradisional ini bermodalkan kapur tulis dan batu-batuan ceper. Tempat permainan dampu digambarkan dengan kapur tulis. Lalu, pemain akan bergantian melemparkan batu-batuan ceper yang ia punya ke area permainan dampu. Kotak tempat batu-batuan dampu diletakkan dan tidak boleh diinjak oleh pemain alias harus dilompati. Pemain yang paling banyak mengklaim kotak dampu yang akan menang. Permainan ini bisa dimainkan oleh anak perempuan ataupun laki-laki.
Bekelan
Bekelan atau orang juga menyebut dengan bebekelan merupakan permainan tradisional dari Jawa Tengah. Permainan ini kebanyakan dimainkan oleh anak perempuan. Permainan ini disebut sebagai bekelan karena menyesuaikan dengan alat yang digunakan yakni menggunakan bola sebesar bola pingpong dan terbuat dari karet. Selain itu kita juga menggunakan beberapa biji bekel yang terbuat dari timah, tembaga ataupun kuningan yang bentuknya mirip dengan huruf S sebanyak 5 biji. Di daerah lain bekelan tidak menggunakan logam melainkan menggunakan biji sawo atau kita sering menyebutnya sebagai kecik. Bekelan sebaiknya dimainkan pada permukaan yang datar dan halus seperti pada mistar ataupun keramik.
Cara bermain : Jika pemain hanya 2 orang, duduk di lantai dan saling berhadapan dan bergantian bermain. Kalau jumlah pemainnya banyak maka dilakukan undian dengan cara hom pim pah atau suit untuk menentukan siapa yang mendapat giliran bermain.
Tangan kanan anak yang bermain menggenggam bola dan semua biji bekel, lalu melemparkan bola ke atas setinggi kurang lebih 30 cm sambil menyebar semua bekel ke lantai. Begitu bola jatuh dan memantul ke atas bola lalu ditangkap. Kembali bola itu dilemparkan ke atas hingga jatuh memantul di lantai, sebelum bola kembali ditangkap ia harus mengambil biji bekel itu satu persatu hingga semuanya bisa digenggam. Biji bekel yang diambil kemudian dinaikkan jumlahnya menjadi 2,3,4 dan terakhir 5 sekaligus. Secara bergantian pemain lain melakukan hal yang sama, dan siapa yang dinyatakan menang adalah siapa yang bisa bermain dengan banyak macam yang berbeda.
Gamparan
Permainan tradisional ini bisa dimainkan oleh anak laki-laki ataupun perempuan. Namun untuk memainkannya diperlukan jumlah pemain yang genap. Bisa 2,4, 6 dan seterusnya. Hal ini dikarenakan pemainnya akan dibagi menjadi dua yaitu pemain yang akan bermain [ mentas ] dan pemain yang akan nggasang atau dadi.
Peralatan yang diperlukan yakni batu pipih sejumlah pemain. Batu tersebut akan dipakai untuk gasangan ataupun untuk nggampar. Jika jumlah pemain keseluruhan enam anak, pemain tersebut akan dibagi menjadi dua kelompok sehingga memerlukan tiga batu gasangan dan tiga batu sebagai gacuk yang digunakan untuk nggampar. Batu batu tersebut berfungsi ganda, baik sebagai batu gasangan 9 jika pemilik batu sedang dadi ) maupun sebagai gacuk bila pemainnya sedang gampar.
Cara bermain:
- Pemain yang menggampar atau melempar gacuk pada saat menggampar tidak boleh melewati garis batas untuk melempar.
- Batu yang ditumpuk atau disebut batu gasangan harus roboh atau minimal bergeser dari garis gasangan akibat terkena lemparan batu / gacuk.
- Saat melempar batu [ menggampar ] lewat bawah pantat, satu tangan yang tidak digunakan menggampar tidak boleh menyentuh tanah.
- Ketika angkling [ beriri dengan satu kaki ] posisi kaki bukan dijapit dan batu gacuk harus diatas jari-jari kaki.
Jamuran
Jamuran adalah permainan tradisional anak-anak berasal dari Jawa Tengah dan Yogyakarta yang mengajak anak-anak berkumpul di halaman. Bertautan dengan membentuk lingkaran yang disebut sebagai jamuran.
Cara bermain : Diawali dengan hom pim pah dan sut sehingga diperoleh satu anak yang menang lalu bergandengan tangan membentuk lingkaran, sementara satu anak yang kalah berdiri di tengah lingkaran. Anak-anak yang membentuk lingkaran tadi lalu melantunkan lagu jamuran sebagai berikut :
" Jamuran...jamuran..ya age ge thok jamur apa ya age thok jamur..jamur paying. Nggrembuyung kaya lembayung..Sira badhe jamur apa ?
Tiba pada kalimat " sira badhe jamur apa " si anak yang berada di tengah lingkaran lantas menyebut nama benda, misalkan "jamur patung" spontan anak-anak lainnya bergegas menjadi patung dan diam, tak bergerak, tak boleh senyum atau ketawa meskipun dia digoda dan diajak bicara. Bagi yang bergerak dan senyum terkena hukuman menjadi anak yang kalah seperti tadi dan seterusnya.
Engklek
Englek pada tahun 1970an juga menjadi permainan favorit di kalangan anak-anak dan remaja. Dinamakan engklek karena cara memainkannya hanya menggunakan 1 kaki yang dalam bahasa Jawa dinamakan engklek. Anak yang menyukai permainan sederhana ini biasanya perempuan. Tetapi laki-laki pun begitu melihat permainan ini juga bisa langsung ikut bergabung. Jumlah pemain engklek bebas, biasanya 2-5 anak. Tempat bermain tidak memerlukan pekarangan yang luas tetapi datar sehingga bisa dilakukan di halaman rumah. Sebelum bermain biasanya dibuat terlebih dahulu gambar di tanah dengan cara membuat garis menggunakan pecahan genteng ataupun dengan kapur. garis yang dibuat seperti tanda + dengan jumlah kotak sebanyak 7 kotak. Masing-masing anak memiliki gacuk dari pecahan genteng atau keramik. Yang bentuknya pipih supaya tidak menggelinding.
Cara bermain :
Semua pemain berkumpul lalu melakukan hom pim pah dan sut terlebih dahulu karena cara bermainnya bergantian. Anak yang pertama kali menang mulai bermain. Pemain melemparkan gacuknya ke petak no 1. gacuk yang dilempar harus masuk ke dalam kotak, kalau meleset ke kotak lain maka akan dianggap gugur dan diganti oleh pemain kedua. Pemain pertama lalu mulai melompat menggunakan satu kaki ( kaki yang satu diangkat atau ditekuk ke belakang ) Dari kotak 1 sampai kotak ke 6 kemudian sejenak berhenti di kotak A. Lalu kembali lagi dengan mengambil gacuk yang berada di kotak 1 dengan kaki satu tetap diangkat. Setelah itu pemain melemparkan gacuk tersebut sampai kotak 2 jika keluar dari kotak 2 makapemain dinyatakan gugur dan diganti oleh pemain berikutnya. Begitu seterusnya sampai semua kotak sudah dilempar dengan gacuk.
Giliran dilakukan jika pemain pelempar gacuk melewati sasaran, atau menampak dua kaki di kotak 1,2,3,4,5,6 dan berhenti sejenak di kotak A kemudian lompat lagi di kotak 3 dan berhenti di kotak 2 untuk mengambil gacuk di kotak 1. Jika gacuk berada di kotak 2 maka pemain mengambilnya di kotak 3, jika gacuk berada di kotak 4,5,6 maka pemain mengambilnya di kotak A. Kemudian apabila semua pemain sudah melakukannya maka pemain akan melempar gacuk dengan membelakangi engkleknya jika pas pada kotak yang dikehendaki maka kotak itu akan menjadi rumahnya maka dia boleh berhenti di kotak tersebut seperti halnya berhenti di kotak A tapi hanya berlaku bagi pemain yang menang pada permainan tersebut. Begitu seterusnya sampai kotak-kotak mulai dari angka 1 sampai 6 menjadi milik para pemain. Jika semua telah dimiliki oleh sang pemain maka permainan dinyatakan telah selesai. Pemenang adalah pemain yang paling banyak memiliki rumah dari kotak-kotak pada engklek yang digambar.
Gobak Sodor
Gobak sodor merupakan jenis permainan tradisional yang merupakan jenis permainan group yang terdiri atas 2 regu. Dimana masing-masing regu terdiri dari 3-5 orang. Permainan ini memerlukan tempat yang cukup luas karena digunakan untuk berkejaran.
Cara bermain :
Pertama-tama dengan membuat garis penjagaan dengan kapur seperti lapangan bulu tangkis. Bedanya tidak ada garis rangkap. Dua ketua regu melakukan sut untuk menentukan siapa yang menang dan siapa yang kalah. Regu yang kalah akan bertugas sebagai penjaga garis dan menghalangi agar regu yang menang tidak lolos ke garis akhir secara bolak-balik. Untuk menentukan yang juara adalah seluruh anggota tim harus secara lengkap melakukan proses bolak-balik dalam area lapangan yang telah ditentukan.
Anggota yang lain "jaga" akan menjaga lapangan. Yang dijaga garis horizontal dan ada juga yang menjaga garis batas vertical. Penjaga garis horizontal tugasnya menghalangi lawan mereka yang jaga berusaha untuk melewati garis batas yang sudah ditentukan sebagai garis batas bebas. Penjaga garis vertikal menjaga keseluruhan garis batas vertical yang terletak di tengah lapangan. Pelajaran yang bisa diambil dari permainan ini adalah belajar kerjasama yang kompak antara satu penjaga dengan penjaga yang lain
Nekeran
Nekeran atau dalam bahasa Indonesia dinamakan kelereng. Merupakan mainan kecil berbentuk bulat yang terbuat dari kaca, tanah liat ataupun agate. Ukuran kelereng sangat bermacam-macam. Umumnya 1/2 inchi ( 1,25 cm ) dari ujung ke ujungnya. Kelereng dapat dimainkan sebagai permainan anak ataupun dikoleksi, untuk tujuan nostalgia karena warnanya yang estetis.
Permainan ini biasanya dimainkan di tanah. Dalam bermain, biasanya sejumlah kelereng akan diletakkan di dalam sebuah lingkaran yang sebelumnya sudah dibuat. Tiap pemain akan berusaha mengeluarkan kelereng dari dalam lingkaran. Siapa yang berhasil mengeluarkan kelereng dari dalam lingkaran, maka dia yang berhak memilikinya.
Permainan segitiga : Cara permainannya dengan menggambar segitiga sama kaki di tanah kemudian masing masing pemain meletakkan sebuah kelerengnya di atas gambaran segitiga tersebut. Buah pasangan namanya buah kelereng yang dipertaruhkan. Pesertanya tergantung jumlah dari pemain. Biasanya paling sedikit tiga pemain dan paling banyak idealnya enam pemain. Kalau lebih dari itu dibuat dua kelompok. Pemain dimulai dengan cara masing-masing pemain menggunakan sebuah kelereng sebagai gacoannya lalu melempar buah pasangan tersebut dari jarak dua atau tiga meter.
Permainan secara bergantian melempar sesuai urutan berdasarkan hasil undian dengan adu sut jari tangan. Pelemparan gaco dilakukan dengan cara membidik dan melempar keras dengan maksud mengenai buah pasangan atau agar lemparan mendarat di lapangan permainan terjauh. Selanjutnya yang mengawali permainan adalah siapa yang berhasil mengenai buah pasangan dialah yang mendapat giliran pertama. Jika tidak ada yang mengenai buah pasangan, maka yang memulai adalah gacoan dengan lemparan terjauh.
Pemain harus menghabiskan buah pasangan di porces pada saat gilirannya bermain. Ada yang saar pertama giliran sudah mampu menghabiskan seluruh buah pasangannya, tanda bahwa dia adalah pemain yang terampil. Berbagai taktik untuk bisa menang pun dilakukan, antara lain jika tidak mampu berburu atau menembak gacoan lawan, maka pilihannya adalah menembakkkan gacoan di tempat yang kosong untuk disembunyikan agar tidak dimatikan oleh lawan-lawan pemain.
Gotri
Permainan ini sering dimainkan baik itu oleh anak laki-laki maupun anak perempuan. Paling sedikit dimainkan oleh 4 orang dan paling banyak dimainkan oleh 6 orang. Peralatan yang digunakan diantaranya pecahan genting yang berjumlah sesuai dengan pemain dikurangi satu dan batu sungai atau batu kali yang agak besar dibandingkan ukuran pecahan genting yang berfungsi sebagai kodok [ katak ]. Arena bermain berupa garis segi empat atau bulat dengan ukuran garis sisi atau garis tengah sepanjang 40 sampai 100 cm yang kemudian terbagi sejumlah peserta. Sedangkan saat permainan akan dinyanyikan lagu :
Gotri legendri nogosari, ri
Riwul owal awul jenang katul, tul
Tulen olan-olen jadah manten, ten
Titenana mbesuk gedhe dadi apa, pa
Podheng mbako enak mbako sedheng, dheng
Dhengok eyak-eyok kaya kodhok
Pemain yang terkena kata kodhok ( akhir lagu ) dianggap kalah. Pemain yang kalah mendapat hukuman sesuai dengan kesepakatan yang telah ditentukan. Misalnya menyanyi atau menari dengan iringan lagu yang dinyanyikan oleh pemain lainnya.
Dakon
Permainan ini biasa dimainkan oleh anak perempuan. Dalam memainkannya diperlukan sebuah alat yang bernama dakon, sehingga permainan ini disebut permainan dakon. Dakon sendiri terbuat dari kayu yang terdiri dari 14 lubang kecil dan saling berhadapan yang disebut sebagai sawah. Selain itu juga memiliki lubang yang agak besar yang berada di sisi kanan dan kiri dakon yang disebut sebagai lumbung.
Bila tidak mempunyai dakon, pemain bisa menggunakan cara lainnya yakni dengan membuat lubang di tanah atau cukup dengan menggambar lingkaran di lantai sebagai ganti dari dakon. Selain dakon, kita juga memerlukan biji asam atau klusu, biji sawo atau disebut juga kecik sejumlah 98 biji dengan rincian 1 lubang sawah diisi 7 biji.
Cara bermain : Kedua pemain berhadapan. Setiap lubang dakon diisi dengan 7 buah kecik atau klungsu sedangkan lubang lumbung dibiarkan kosong. Kedua pemain lalu ingsut untuk menentukan siapa yang saku ( main atau jalan ) terlebih dahulu. Misalnya A menang, maka pemain A mengambil seluruh biji yang berada di sawah A lalu meletakkan satu-satu di lubang berikutnya. Pemain B mengikuti langkah pemain A dengan mengambil seluruh biji pada sawah B lalu meletakkan satu-satu di lubang berikutnya.
Kembali ke pemaian A main ( saku ) lagi. Kali ini pemain A dapat memilih lubang yang dapat diambil bijinya dan meletakkan biji satu-satu ke lubang ( sawah ) ke arah kanan, dengan tidak lupa memasukkan satu biji ke lumbung ( x ) lalu berlanjut ke lubang lainnya, maka A dapat mengambil biji-biji tersebut lalu melanjutkan mengisi. Demikian juga apabila biji habis di lumbung ( x ) miliknya. Pemain A dapat melanjutkan mengisi dengan memilih lubang ( sawah ) yang berada di sisi lumbung.
Permainan ini selesai jika sudah tidak ada biji lagi di sawah yang dapat diambil. Pemain yang menang adalah pemain yang mendapat biji terbanyak.
Lompat Tali
Sebelum permainan dimulai, terlebih dahulu akan dipilih dua orang pemain yang akan menjadi pemegang dengan cara gambreng dan suit. Setelah itu, kedua orang tadi mulai berdiri saling berhadapan dengan memegang tali yang tersedia. Kedua pemain yang menjadi pemegang tali melakukan pingsut untuk menentukan siapa yang akan mendapat giliran bermain terlebih dahulu jika ada pemain yang gagal melompat. Selanjutnya, kedua pemain yang menjadi pemegang tali merentangkan tali karet dan para pemain harus melompati satu per satu.
Ketinggian yang harus dilompati mulai dari pada pertama, batas lutut pemegang tali, pemain tidak boleh menyentuh tali. Kedua, tali berada sebatas pinggang dan tidak boleh kena tali. Ketiga tali berada di dada pemegang tali, pemain boleh mengenai tali waktu melompat. Keempat, posisi tali di sebatas telinga. Kelima, posisi tali sebatas kepala. Keenam, posisi sejengkal dari kepala. Ketujuh, posisi tali dua jengkal dari kepaka. Kedelapan, posisi tali seacungan atau hasta pemegang tali.
Demikian informasi singkat mengenai contoh permainan tradisional dari Jawa Tengah ini kami sampaikan, semoga bisa menambah informasi bagi anda. Mari kita lestarikan budaya asli Indonesia salah satunya dengan cara mengajarkan permainan tradisional kepada anak-anak kita. Terimakasih.
Posting Komentar untuk "12 Permainan Tradisional Dari Jawa Tengah [ Disertai Aturan dan Cara Bermainnya ]"