Wayang Petruk, Ciri-Ciri, Watak dan Lakon Ceritanya
Bagi kalian yang suka akan pagelaran dan cerita wayang. Pernah tidak mengikuti kisah Petruk dadi Ratu ? [ Petruk menjadi raja ]. Cerita yang menggambarkan seorang dari kalangan rakyat biasa yang bisa naik tahta namun dengan cara yang kurang pantas serta menyalahgunakan kekuasaannya untuk kepentingan pribadi.
Di artikel kali ini, kita tidak hanya membahas mengenai cerita Petruk dadi Ratu saja, melainkan juga memberikan beberapa informasi mengenai tokoh yang masih tergabung dalam anggota punakawan ini meliputi watak, ciri-ciri, kesaktian, ajaran serta beberapa lakon yang menjadikannya sebagai tokoh utama. Berikut penjelasannya :
Kisah Petruk Dadi Ratu [ Petruk Jadi Raja ]
Daftar isi
Ciri-ciri Petruk
Sama seperti tokoh punakawan lainnya, Petruk menggunakan busana yang sederhana, yakni irah-irahan gundhulan, gelang tangan dhagelan, kalung dhagelan berupa gentha [ lonceng ], kerang dan sebagainya. Selain itu Petruk menggunakan sepatu dan kain dhagelan. Petruk memiliki peten kera petruk, hidung yang panjang bentuk mulut mesem, bentuk rambut kucir, bentuk jari tangan nuding, gegeman dan dhagelan, arah wajah lanyap dan posisi kaki jangkah.
Sunggingan badan berwarna emas, hitam dan lain-lain. Sedangkan wajahnya berwarna emas dan putih. Petruk sendiri memiliki postur badan yang besar, tinggi dan memiliki suara yang sedang. Tokoh yang satu ini memiliki ciri hidunya yang panjang, bentuk kaki depan yang jinjit, memakai sepatu, arah jari-jari kaki ke depan dan menjuntai ke bawah / menancap ke tanah / bumi.
Watak Petruk
Petruk memiliki watak pamomong yang berarti bisa bergaul, memahami dan mengasuh. Petruk memiliki prinsip untuk membela yang benar. Petruk tidak segan untuk memberikan petuah-petuah bijak kepada siapapun yang dia asuh, termasuk para ksatria pandawa. Sebagai seorang hamba, dia hanya mau mengabdikan diri kepada ksatria yang memiliki watak baik. Disisi lain petruk juga seorang yang pandai dan memiliki kecerdasan diatas rata-rata saudaranya. Dia piawai dalam hal menari, menyanyi dan pribadi yang suka bercanda. Watak dominan tokoh yang satu ini adalah pemberani dan lantang dalam berusara.
Merupakan jelmaan dari Mercu Panyukilan
Petruk sebenarnya adalah Mercu Panyukilan, raja gandarawa raksasa yang dikisahkan sangtalah sakti. Dia berasal dari pertapaan kembangsore yang berperilaku congkak, sombong dan serakah serta memiliki keinginan menguasi kahyangan.Alkisah Petruk menyamar sebagai ksatria bernama Bambang Saputra yang dalam pertempuran menghadapi Semar. Petruk mendapat pukulan di punggungnya dan mengakibatkan tubuhnya menjadi bengkok. Selain itu, Semar juga menarik hidungya yang menyebabkan hidungnya memanjang.
Petruk akhirnya takluk kepada Semar dan memohon agar turut mengikutinya dalam perjalanan ke dunia setelah mendengarkan beberapa petuah bijak atau pitutur luhur dari Semar. Semar bersedia menjadikan Petruk dan Gareng sebagai anak asuhnya untuk menjalankan tugas yang diembannya dari Sang Hyang Tunggal dalam mengasuh keturunan dari batara Brama dan Batara Wisnu di bumi.
Jelmaan Raksasa Panyukilan ini setelah mengikuti Semar akhirnya berganti nama menjadi Petruk dan memiliki nama lain yakni Kanthongbolong yang mengambarkan perubahan watak buruk menjadi seorang yang suka memberi, kendatipun dia juga dalam keadaan kesusahan. Watak yang tidak mementingkan kepentingan duniawi saja, melainkan lebih mementingkan kehidupan bersama dalam suasana kerukunan dan cinta damai.
Senjata yang dimiliki Petruk
Petruk memiliki beberapa senjata hasil pemberian. Salah satunya adalah senjata berupa kalung pusaka dan palu pemberian dari Semar ketika dia menjadi manusia di bumi. Selain itu Petruk juga memiliki senjata berupa kapak / pethel kecil, warisan dari ayahnya yang masih dalam bangsa jin. Petruk memiliki istri yang bernama Dewi Tantrawati dan dewi Ambarwati putri Prabu mbaraja dari negara Pandansurat dan memiliki anak yang berparas tampan bernama Lengkungkusuma.
Petruk dadi ratu
Lakon yang paling terkenal dari tokoh wayang Petruk adalah cerita Petruk dadi ratu. Petruk pernah menjadi ratu dadakan di negara Lojitengara dengan gelar Prabu Tong-tongsot setelah mendapat anugerah dari Prabu Kresna untuk melenyapkan pemberontakan dari Prabu Jayasentika. Akibat tindakan Petruk yang seenak sendiri karena menyalahgunakan kekuasan untuk kepentingan kesenangan semata. Maka Kresna dan Semar memperingatkannya untuk segera mengembalikan rupa dan tabiat Petruk seperti dulu kala.
Lakon Petruk dadi ratu lainnya adalah ketika Petruk berkesempatan menyalahgunakan Jamus Kalimasada. Dalam cerita dikisahakan raja dari negeri Iman-imantaka menuntut balas kepada Pandawa yang telah meniadakan ayahnya bernama Prabu Niwatakaca. Ia menugaskan adiknya yang bernama Mustakaweni untuk mencari jamus kalimasada pusaka dari Puntadewa, putera tertua dari Pandawa. Perlu diketahui, jamus kalimasada inilah yang melindungi para pandawa, oleh karenanya apabila Jamus ini berhasil dicuri, maka niscaya pandawa akan dengan mudah dikalahkan.
Untuk menjalankan tugasnya, Mustakaweni menyamar sebagai abdi pandawa. Dalan aksinya, dia berhasil mencuri jamus tersebut namun di tengah pelariannya dia terkena panah dari Arjuna. Mustakawenipun berhasil ditangkap dan bertobat.
Dalam suatu tempat, Petruk mendapati Jamus Kalimasada yang terjatuh. Petruk mengetahui keampuhan jamus tersebut dan niat buruknya pun muncul. Dengan kesaktian Jamus tersebut, Petruk akhirnya membangun kerajaan bernama Randang Kencana dan menjadikannya ratu dengan gelar Prabu Huelgduelbeh. Namanya pun terkenal sampai seantero negeri.
Dengan statusnya seorang raja dan memiliki kesaktian tidada bandingnya, Petruk mencari gara-gara yakni menginginkan Dewi Bonowati untuk dijadikan sebagai istrinya. dewi Bonowati sendiri merupakan istri dari Prabu Duryudana raja Hastinapura. Pertempuranpun tidak dapat dihindari. Kurawa melawan Prabu Huelgduelbeh yang tidak lain adalah Petruk. Karena kesaktian dari jamus kalimasada maka Kurawa tidak bisa mengalahkan Petruk.
Kabar tentang adanya kerajaan baru dan kekacauan yang dibuatnya sampailah kepada Kresna. Dia merasa terganggu dengan ulah yang dibuat raja baru tersebut. Dengan bantuan dari Semar, Prabu Kerna akhirnya mengetahui jati diri dari ratu Huelgduelbeh yang tak lain adalah Petruk. Dengan bantuan dari Gareng dan Bagong. Prabu Kresna dan Semar berhasil mengeroyok Petruk dan melucuti pakaian yang dikenakannya hingga penyamarannya pun bisa dibongkar.
Pada akhirnya Petruk mengaku salah atas perbuatannya tersebut. Dia lalu mengembalikan jamus kalimasada kepada Prabu Puntadewa. Petruk akhirnya kembali kepada saudara-saudaranya yakni Bagong dan Gareng serta menyerahkan urusan Istana Rendang Kencana kepada abdi disana.
Memiliki umur panjang dan mampu berperang
Seperti saudara-saudaranya punakawan. Petruk mempunyai umur yang panjang. Dalam kisah Ramayana dan Mahabarata, Petruk dengan setia menyertai ksatria-ksatria yang baik budinya. Petruk selalu hidup dalam kesederhanaan, bertempat tinggal di desa dan selalu hidup dengan rakyat kecil.
Dikisahkan Petruk juga tokoh yang mampu berperang. Pada saat ksaria yang dia ikuti kalah, maka dia tidak segan untuk ikut maju berperang menghadapi lawan. Gaya bertarungnya laindibandingkan dengan yang lain. Petruk menggunakan cara-cara yang lucu untuk menghadapi lawannya. Cara yang dipakai adalah menindih, membanting, merobek pakaian dan menggelitik musuhnya. Bebebrapa cerita wayang yang menjadikan Petruk sebagai tokoh utama diantaranya : Petruk kembar dan Petruk dadi ratu.
Petruk Tokoh Ralistis dan Satire
Tokoh Petruk digunakan untuk menyindir kondisi jaman sekarang, namun tidak membuat orang sakit hati karena ia seorang yang humoris dan berwajah manis. Petruk digambarkan cerdas dan pandai berdiskusi. Dalam lakon pewayangan, Petruk ini sering menjelaskan pitutur Semar yang kadangkala terlalu filosofis.
Petruk yang cerdas, suka mengkritik, namun humoris tanpa menyudutkan. Orang-orang semacam Petruk selalu ada, dan jangan diabaikan karena mereka jeli dalam menterjemahkan berbagai kondisi sosial, politik, dan budaya.
Demikian informasi tentang tokoh wayang Petruk, seorang dari rakyat jelata yang bisa naik tahta meskipun dengan cara-cara yang tidak pantas. Semoga kita bisa mengambil hikmah dari kisah Petruk yakni tidak menyalahgunakan kekuasaan untuk kepentingan diri kita sendiri.
Posting Komentar untuk "Wayang Petruk, Ciri-Ciri, Watak dan Lakon Ceritanya"